Senin, 18 Juli 2011

Objek Wisata dan Tempat-Tempat Menarik di Kabupaten Bekasi


           Bekasi merupakan salah satu satelit dari kota Jakarta, letaknya yang bersebelahan dan berjarak cukup dekat dari pusat ekonomi kota Jakarta menjadikan kota ini menjadi tempat favorit bagi warga Jakarta untuk tinggal. Bekasi menyimpan potensi wisata yang menarik sebagai alternatif wisata, untuk mencapainya juga cukup mudah karena sudah dilengkapi sarana transportasi umum yang memadai baik dalam kota maupun dari kota Jakarta.
Berikut ini adalah daftar beberapa tempat menarik yang mungkin bisa anda kunjungi :

Taman Buaya.

Jika kita melintas dari Cikarang kearah Bogor/Jonggol/Cianjur/Karawang/Bandung melalui jalan Cikarang-Cibarusah, maka akan melewati kompleks penangkaran buaya di Serang.

            Penangkaran buaya ini dikenal dengan Taman Buaya Cikarang. Dengan jumlah buaya kurang lebih 500 ekor, Taman Buaya Cikarang merupakan salah satu penangkaran terbesar di Asia bahkan dunia.

            Selain sebagai penangkaran buaya, juga sebagai sarana rekreasi alternatif, karena Taman Buaya juga menyediakan tempat untuk rekreasi. Terdapat taman bermain untuk anak, sarana untuk bersantai, panggung hiburan bahkan pada hari-hari tertentu diadakan pertunjukan manusia dan buaya.

      Jadi, mengapa kita tidak bersantai sejenak sambil melihat-lihat buaya di Taman Buaya Cikarang

Padang Golf Jababeka.

       Padang Golf Jababeka sebagai salah satu obyek pariwisata hiburan dan padang laga. Padang golf ini sangat representatif dan bertaraf Internasional. Terletak di Cikarang Timur. 

      Padang Golf ini dinamakan Jababeka Golf & country club adalah tempat yang ideal untuk golf rekreasi maupun untuk business entertaining. Dirancang oleh Nick Faldo-pegolf kelas dunia, Jababeka menawarkan tantangan championship course serta menyediakan panorama bentang alam yang menakjubkan serta lingkungan yang tenang. Lapangan premier 18-hole yang memiliki sentuhan elemen strategis seperti fitur air, berbagai pilihan tee, dan berbagai macam posisi pin. Hanya 30 menit sebelah timur Jakarta, klub menarik 3.500 hingga 4.000 pegolf dan tamu setiap bulan, sebagian besar berasal dari Korea, Jepang dan Eropa.

     Seorang arsitek lokal terkemuka bernama Arkonin, merancang clubhouse golf, sementara Fred Settle-IMG's Far East Regional Chief, menyediakan konsultasi. Clubhouse ini dilengkapi dengan toko pro, menawarkan yang terbaik dalam peralatan dan pakaian, sebuah kolam renang rekreasi, dua lapangan tenis, taman bermain anak-anak, layanan pijat, restoran, dan ruang VIP dan ruang fungsional bagi mereka yang ingin mengadakan transaksi bisnis penting.

        Pegolf yang ingin tinggal di dekat lapangan golf bisa memilih untuk tinggal di kawasan perumahan golf seluas 267 hektar ini. Akan tersedia banyak variasi rumah mulai dari 500 sampai 5.000 meter persegi. Rumah-rumah pribadi, apartemen atau townhouse akan dibangun sesuai permintaan dan diamankan dengan dinding sepanjang 6 km. Bret Stenson dan seorang arsitek terkemuka California bernama Klages Carter Viel, adalah dalang dibalik kawasan perumahan golf ini.




Waterboom Cikarang.



          Satu-satunya wahana permainan air bersama keluarga yang terdapat di kawasan Lippo Cikarang. Letak Water Boom Lippo Cikarang tidak jauh dari pintu tol cikarang, jadi darimanapun anda jika melalui tol cikampek keluarlah dari pintu tol cikarang.

          Water Boom Cikarang didesign khusus sebagai Taman Rekreasi Air Kelas Dunia dengan konsep nuansa alam Bali yang eksotis. Berbagai aktivitas dan atraksi Air yang menarik, unik, mengasikkan dan penuh dengan petualangan bagi anak-anak, remaja, sampai dewasa dapat Anda rasakan disini!!

           Selain menyajikan suasana alam yang Asri, Teduh dan Nyaman,Water Boom Lippo Cikarang juga menyediakan berbagai permainan air yang seru yang bisa dinikmati anak-anak, remaja dan orang tua sekalipun.



Saung Ranggon.

        Saung Ranggon diperkirakan dibangun pada abad-16 oleh Pangeran Rangga, putra Pangeran Jayakarta, yang datang dan kemudian menetap di daerah ini. Saung ini merupakan bagian dari basis perlawanan masyarakat Bekasi terhadap pemerintah kolonial Hindia Belanda. Bangunan ini diakui oleh masyarakat Bekasi sebagai bangunan tertua di Cikarang Barat, pada khususnya, dan mungkin di seluruh Bekasi. Pada tahun 1821, saung ini ditemukan oleh Raden Abbas.

       Dalam bahasa Sunda, saung berarti saung/rumah yang berada di tengah ladang atau huma, yang berfungsi sebagai tempat menunggu padi atau tanaman palawija lainnya yang sebentar lagi akan dipanen. Biasanya saung dibuat di ketinggian 3 atau 4 meter di atas permukaan tanah. Hal ini diperlukan untuk menjaga keselamatan bagi si penunggu dari gangguan hewan buas, seperti babi hutan, harimau, dan binatang buas lainnya.

        Pada setiap bulan Maulid (Hijriah) dilakukan hajat Maulidan, dengan melakukan cuci pusaka dan dilanjutkan dengan hiburan jaipongan (Sunda Bekasi) dan wayang kulit khas dari Bekasi (dengan budaya Betawi). Kegiatan hajat budaya (cuci pusaka dan maulidan) dilakukan di halaman Rumah Tradisional Saung Ranggon, yang dapat Anda saksikan sebagai daya tarik wisata.

Lokasi: Kampung Cikedokan, Desa Cikedokan, Kecamatan Cikarang Barat

Bumi Perkemahan Karang Kitri.


        Bumi perkemahan karang kitri merupakan obyek wisata perkemahan alam yang memiliki pemandangan indah dan menarik. Dilengkapi oleh fasilitas outbound dan perkemahan yang lengkap. Berlokasi di Karang Mulya, Kecamatan Bojong Manggu. 



Kota Deltamas.
      Kota Deltamas merupakan kawasan wisata dan bisnis serta perumahan dengan gaya arsitektur perpaduan Eropa dan Amerika. Berlokasi di kecamatan Cikarang Pusat.

 

 





Gedung Juang 45.
 
       Gedung juang 45 merupakan tempat bersejarah yang memiliki nilai-nilai perjuangan. Saat ini gedung juang ’45 difungsikan sebagai museum dan perpustakaan pemerintah kota Bekasi. 

Sabtu, 16 Juli 2011

GEDUNG JUANG, Saksi Perlawanan Warga Bekasi

   BEKASI – Bekasi, seperti halnya daerah lain memiliki sejarah panjang. Berbagai pertempuran pernah terjadi di Bekasi. Maka tak heran, bila Bekasi (kini sebagian besar masuk wilayah kabupaten) mendapat julukan sebagai “Kota Patriot”. Banyak peristiwa bersejarah tergores di daerah yang berbatasan dengan ibukota Jakarta tersebut. Di antaranya, peristiwa “Warung Arneng”, pertempuran “Warung Jengkol” dan pertempuran di Cakung yang dikenal sebagai “Bekasi Lautan Api”. 

   Seorang penyair kondang Chairil Anwar pernah mencantumkan nama Bekasi dalam sebuah sajaknya bertajuk “Antara Kerawang dan Bekasi”. Sebuah monumen berupa tugu perjuangan, kini berdiri di pusat kota Bekasi dan di sana tertulis sajak Chairil Anwar. Monumen ini, oleh Pemerintah Kota Bekasi, dijadikan sebagai tempat bumi perkemahan pramuka dan sebagai daerah paru-paru kota Bekasi.

   Selain tugu perjuangan itu, Bekasi masih menyisahkan dua bangunan bersejarah. Kedua bangunan tersebut sebagai sisa-sisa puluhan bangunan bersejarah. Bangunan bersejarah lainnya habis dibakar saat revolusi fisik.
Bangunan bersejarah itu, kini dikenal dengan sebutan Gedung Tinggi, dahulu dikenal dengan nama Gedung Juang dan Gedung Pakpak. Gedung Juang yang berada di Jalan Hasanuddin Tambun, oleh Pemerintah Kabupaten Bekasi, dijadikan perkantoran. Demikian juga Gedung Pakpak di Jalan Ir H Juanda, Pemerintah Kota Bekasi juga memanfaatkan sebagai perkantoran. 

   Gedung Juang bersejarah bangunan kolonial Belanda ini, tidak jauh dari Stasiun Kereta Api Tambun. Gedung ini merupakan salah satu gedung bersejarah yang turut menjadi saksi bisu perjuangan rakyat Bekasi saat revolusi fisik. Ketika itu daerah Tambun dan Cibarusah menjadi pusat kekuatan pasukan republik Indonesia (RI).

   Akibat serangan bertubi-tubi, pertahanan pasukan Belanda di Bekasi sering ditinggalkan. Mereka kemudian memusatkan diri ke daerah Klender Jakarta Timur. Maka, gedung ini sempat dijadikan sebagai pertahanan di front pertahanan Bekasi- Jakarta.

Dikuasai Tuan Tanah

   Setelah pasukan Belanda meninggalkan Bekasi. Gedung Juang yang terdiri dari dua lantai ini, dimiliki dan dikuasai seorang tuan tanah keturunan Cina bernama Kouw Oen Huy. Tuan tanah yang berhasil menguasai ratusan hektare tanah di Kecamatan Tambun, bahkan memiliki perkebunan karet. Ia digelari ‘Kapitaen’.
Ia tidak hanya menguasai tanah di Tambun tapi juga daerah Tekuk Pucung yang jaraknya puluhan kilo meter dari Tambun, termasuk di daerah Cakung, juga menjadi milik tuan tanah ini. 

   Gedung Juang yang kini menjadi perkatoran milik Pemeritah Kabupaten Bekasi, dibangun dua tahap, tahun 1906 dan tahun 1925. Pada awalnya, di bagian halaman muka Gedung Juang ini, dijadikan taman buah yang diantaranya banyak ditanami pohon mangga yang pada saat itu belum pernah dikenal masyarakat Tambun dan Bekasi

   Tuan tanah Kouw Oen Huy, menguasai bangunan tua ini hingga 1942. Selanjutnya, tahun 1943, bangunan bersejarah tersebut berada di bawah pengawasan pemerintahan Jepang hingga tahun 1945. Tentara Jepang, juga menggunakan bangunan tua ini sebagai pusat kekuatannya dalam menjajah Indonesia.

    Pada masa perjuangan kemerdekaan 1945, bangunan yang berlokasi di atas tanah sekitar 1000 meter ini, diambil alih oleh Komite Nasional Indonesia (KNI) untuk dijadikan sebagai Kantor Kabupaten Jatinegara. Pada masa itu, Bekasi dijadikan sebagai daerah front pertahanan, maka gedung tersebut berfungsi juga sebagai Pusat Komando Perjuangan RI dalam menghadapai Tentara Sekutu yang baru selesai perang dunia ke dua.

   Di gedung yang mempunyai monumental ini, perundingan dan pertukaran tawanan perang terjadi. Sebagai lokasi pelaksanaan pertukaran tawanan, dilakukan di dekat Kali Bekasi yang kini tidak jauh dari rumah pegadaian Bekasi. Banyak tentara Jepang meninggal dibantai dan dibuang di Kali Bekasi, membuat setiap tahun tentara Jepang selalu melakukan tabur bunga di kali yang membentang kota Bekasi ini.

   Dalam pertukaran tawanan, pejuang-pejuang RI oleh Belanda dipulangkan ke Bekasi, dan tawanan Belanda oleh pejuang RI dipulangkan ke Jakarta lewat kereta api yang lintasannya persis berada di belakang Gedung Juang. Gedung yang tidak jauh dari Pasar Tambun Bekasi ini, juga pernah dijadikan sebagai Pusat Komando Perjuangan RI pada masa perjuangan fisik. Dan gedung ini selalu menjadi sasaran tembak pesawat udara dan meriam Belanda. Banyak keanehan pada gedung ini. Ketika meriam Belanda dijatuhkan di atas bangunan tersebut, ternyata meriam itu tidak meledak dan hanya merusak sebagian kecil bangunan.

   Akhir 1947, ketika Belanda menghianati perundingan Linggarjati tanggal 21 Juli, Belanda mengadakan aksi pertama. Mengingat gedung ini merupakan markas basis pertahanan, maka tidak mengherankan bila di sekitar gedung ini sering terjadi pertempuran dan pembantaian yang bertubi-tubi. Bahkan gedung ini pernah di duduki Belanda/NICA hingga tahun 1949. Namun, gedung yang sangat mempunyai nilai sejarah dan merupakan kebangganaan mayarakat Bekasi ini, kembali berhasil direbut oleh pejuang Bekasi pada awal 1950.

Museum Perjuangan Bekasi

   Pertempuran pun usai, dan negara Indonesia kembali bersatu. Maka, fungsi gedung ini mengalamai berbagai perkembangan. Selain bangunan bersejarah, bangunan tersebut sering digunakan sebagai pusat aktivitas.
Di antaranya, tahun 1950 setelah Tambun dikuasai lagi oleh Republik Indonesia, gedung ini diisi dan ditempati pertama sekali oleh Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Bekasi

   Juga pernah digunakan sebagai kantor Jawatan Pertanian dan jawatan-jawatan lainnya sampai akhir 1982. Bangunan yang berada di bagian timur Bekasi ini, juga sempat dijadikan sebagai tempat persidangan-persidangan DPRDS, DPRD-P, DPRD TK II Bekasi dan DPRD-GR hingga tahun 1960.

  Tahun 1951, di gedung ini sempat diisi TNI Angkatan Darat Batalyon “Kian Santang”. Tahun 1962, kemudian gedung ini dibeli Pemerintah Propinsi Jawa Barat. Ketika peristiwa Gerakan G 30S/PKI pecah, gedung ini juga sempat dijadikan sebagai penampungan Tahanan Politik (Tapol) PKI.

   Mengingat letaknya yang strategis, oleh Pemerintah Kabupaten Bekasi saat Bupati Bekasi dijabat Abdul Fatah, bangunan ini sempat dijadikan sebagai tempat perkuliahan bagi mahasiswa Akademi Pembangunan Desa (APD) yang merupakan cikal bakal pembangunan perguruan tinggi di Bekasi, dan kini dikenal dengan Universitas Islam 45 (Unisma).

   Manfaat lain gedung ini, juga sempat digunakan sebagai Kantor BP-7 dan Kantor Legium Veteran. Tahun 1999, di gedung menjadi sekretraist Pemilu. Lalu menjadi kantor Dinas Kebersihan dan Pertamanan, Sekretarit Kantor Pepabri dan Weredatama. Kini gedung yang menghadap timur ini, menjadi kantor Dinas Lingkungan Hidup dan Kantor Tenaga Kerja Pemertintah Kabupaten Bekasi.

   Ketua DPRD Kabupaten Bekasi, Damanhuri Husein pernah menyarankan agar pemanfaatan Gedung Juang yang kini juga dikenal Gedung Tinggi sebaiknya bukan sebagai perkantoran pemerintahan. “Sebaiknya dan saya lebih setuju Gedung Juang itu dijadikan sebagai museum perjuangan Bekasi, karena mempunyai nilai sejarah yang cukup tinggi dan monumental. Kalau gedung ini dijadikan perkantoran nilai sejarah dan maknanya akan hilang,” usul warga Bekasi asli ini.

   Untuk menjadikan museum, pemerintah setempat harus peduli dan melakukan perbaikan-perbaikan. Maka, gedung ini dapat dijadikan sebagai salah satu saksi bisu sejarah perjuangan RI khususnya Bekasi. Bangunan ini juga dapat dijadikan sebagai salah satu tujuan obyek wisata bersejarah di Bekasi

   Bagi Damanhuri Husein, bangunan itu tidak cocok sebagai perkantoran apalagi di gedung itu, terutama di lantai dua sepanjang 24 jam selalu penuhi kotoran kelelawar (kampret). “Ya, namanya bangunan lama, banyak kampretnyalah. Maka sangat tidak tepat sebagai perkantoran, “ komentar Damanhuri yang penjuang 45 itu.
 
sumber : http://www.arsitekturindis.com/?p=364

Rabu, 13 Juli 2011

Masjid Agung Al-Barkah Kota BEKASI

      Masjid Agung Al-Barkah Kota Bekasi merupakan masjid bersejarah bagi daerah Bekasi dan juga bagi anak-anak PERMASI (Persatuan Mahasiswa Bekasi) Jakarta Raya. 
   Disinilah KOPDAR (Kopi Darat) pertama kali di adakan di daerah sendiri yaitu di Bekasi, tepatnya pada tanggal 04 Juli 2011. Ternyata KOPDAR di halaman taman masjid agung AL-BARKAH kota Bekasi sangat menyenangkan, disamping di adakan di daerah sendiri ditambah dengan pemandangan yang indah, hilir mudik kendaraan, dan ramainya arena taman yang dipenuhi anak-anak muda yang menikmati malam ditempat tersebut. serta ditambah lagi pancaran cahaya lampu-lampu taman yang menerangi kami saat KOPDAR. Sungguh indah saat-saat tersebut (lebaaaayyyy).

Berikut sejarah tentang Masjid Agung AL-BARKAH Kota BEKASI :

     Masjid yang satu ini seakan menjadi ikon bagi Kota Bekasi. Kubah berukuran besar ditambah dua menara yang cukup tinggi menjulang ke langit menjadi ciri khas Masjid Agung Al Barkah.
     Masjid tua ini mempunyai nilai sejarah yang tinggi. Masjid Agung AlBarkah dibangun 1890 oleh Penghulu Lanroy, Abdul Majid. Kala itu, bangunannya belum berbentuk masjid yang terletak di atas lahan sekitar 3.000 meter. Kemudian, tahun 1967 bangunannya direhab menjadi bentuk masjid oleh Bupati Bekasi Subandi. Subandi yang merupakan bupati pertama asal Kampung Gabus Bekasi itu, melibatkan setiap jiwa warga Bekasi turut berpartisipasi menyumbang pembangunan masjid ini sebesar Rp 1.
     Dalam kemajuan yang terjadi di Bekasi, oleh Bupati Bekasi H Abdul Fatah, pada 1985 kembali dilakukan pembangunan. Bangunannya pada bagian depan masih menggunakan awuning berwarna-warni yang saat ini sangat banyak diminati masyarakat dalam setiap melaksanakan pembangunan. ”Saat itu pulalah masjid ini ditetapkan menjadi Masjid Agung Al Barkah Kabupaten Bekasi", Dengan ditetapkan sebagai Masjid Agung, Pemerintah Daerah Kabupaten Bekasi mulai campur tangan dalam pembangunannya. Pada 1985 dilakukan pembangunan menjadi bangunan permanen yang saat itu menghabiskan biaya Rp 225 juta. Pada 1997 pun, Pemerintah Kabupaten Bekasi yang saat itu bupatinya dijabat Muh Djamhari kembali melakukan pembangunan dengan tambahan biaya Rp 100 juta.

     Pada saat Kota Bekasi terbentuk 1997 dan terpisah dari Kabupaten Bekasi di zaman wali kota dijabat H Achmad Zurfaih yang merupakan putra asli Bekasi, perhatian pemerintah daerah pun semakin besar dalam membangun masjid yang kini menjadi kebanggaan Kota Bekasi. Mulai tahun 2004 hingga 2008, pembangunan besar-besaran pun dilakukan.


       Biaya Membengkak
     Jika semula luas bangunan awal 3.000 meter yang merupakan tanah wakaf, saat itu Wali Kota Bekasi yang dijabat Achmad Zurfaih, mengalokasikan dana dari APBD hingga Rp 15,7 miliar. Pembangunan baru pun dilakukan. Tahap pertama hingga tahap kedua, praktis luas bangunan baru bertambah 7.000 meter di samping bangunan lama di atas lahan sekitar 3.000 meter.
Jadi, kini luas Masjid Agung Al Barkah yang berhadapan dengan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Bekasi itu telah mencapai di atas lahan satu hektare.

      Pada bangunan masjid yang baru ini sekarang dapat menampung jamaah sekitar 3.000 orang. Di masjid ini pula, pada 1890 juga difungsikan sebagai tempat berkumpul para Laskar Islam hingga kemerdakaan RI. Nilai sejarah masjid ini sangat tinggi dan sudah ada sebelum zaman kemerdekaan.

    Bangunan baru masjid tersebut, seperti jendela dan pintu semuanya terbuat dari ukiran Jepara yang kayunya telah berumur 90 tahun lebih. “Untuk memesan kusen dan pintunya saja, saat itu kami langsung ke Jepara dan memilih kayu yang benar-benar berkualitas bagus dan pohonnya berusia di atas 90 tahun,

     Pada masa Ramadhan kali ini kegiatan di masjid tersebut seakan tidak terhenti. Kegiatan dilakukan mulai dari salat subuh yang dilanjutkan dengan kuliah tujuh menit (kultum) yang diisi dengan ceramah-ceramah. Pada sore hari menjelang berbuka puasa, DKM setiap harinya menyelenggarakan buka puasa bersama yang dihadiri sekitar 200 orang. Pelaksanaan tarawih pun dihadiri sekitar 1.000 jemaah.

   Berbagai kegiatan keagamaan lainnya dan tiga hari menjelang Idul Fitri, DKM seperti tahun-tahun sebelumnya, memberikan santunan kepada anak yatim piatu dan kaum duafa yang bersumber dari zakat mal.

     Menyangkut pemeliharaan masjid di atas lahan satu hektare ini, setiap hari melibatkan 19 karyawan mulai dari tukang taman hingga petugas kebersihan (cleaning service). Cukup besar biaya operasional yang harus disiapkan termasuk gaji para karyawannya. Tak kurang dari Rp 15 juta tiap bulan biaya operasional termasuk gaji para karyawan, menjadi tanggung jawab DKM.

    Untuk membayar listrik saja, rata-rata satu bulan Rp 7 jutaan. Hal itu belum termasuk penggunaan air PAM. Cukup besar biaya operasional yang dibutuhkan tiap bulan dalam mengelola Masjid Agung Al Barkah ini sehingga DKM berharap ada bantuan dari Pemkot Bekasi.

PERMASI JAYA

Sabtu, 02 Juli 2011

Sayur Gabus Pucung Makanan Favorit Orang Bekasi

Jaka sembung makan besi, ambil sapu di ujung gunung, Jangan ngaku orang Bekasi, kalo kaga tahu “Gabus Pucung” 

      Sayur Gabus Pucung adalah sayur ikan gabus yang berwarna hitam pekat dari pucung (kluwak). Pucung atau kluwak biasa dikenal sebagai bumbu rawon. Jika rawon menggunakan daging, sayur gabus pucung menggunakan ikan gabus.

     Bahan utama pucung gabus adalah ikan gabus. Ikan gabus disajikan dalam potongan-potongan ikan pada umumnya, seperti kepala, badan, atau ekor. Ikan gabus yang sudah digoreng, lalu dicemplungkan ke dalam kuah hitam akibat dari pucung (Pangium edule reinw) ibu-ibu ahli dapur mengenal bumbu tersebut dengan nama kluwek. Sebagai tambahan, bumbu dalam kuah tersebut adalah kemiri, bawang merah, bawang putih, cabe merah, jahe, kunyit dan daun salam. Semua bumbu diulek lalu ditumis kemudian dimasukan ke dalam air. Ikan dimasak hingga lunak. Sekilas tampilan kuahnya mirip dengan rawon. (Sumber : Bekasi Heritage)

     Sayur ikan gabus pucung sebagai masakan khas Betawi relatif sulit ditemukan. Sebagian wilayah Bekasi yang banyak mendapat pengaruh dari masyarakat Betawi (misalnya sebagian Kota Bekasi hingga Tambun dan Cibitung) mengenal masakan ini sebagai masakan untuk para boss. Selain karena rumah makan yang menyediakannya jarang, ikan gabus juga sulit diternak. Sebagian besar ikan gabus yang didapat merupakan tangkapan dari alam.

    Yang lucu, ikan gabus ini memiliki beberapa nama sesuai dengan ukurannya. Ikan gabus yang masih kecil bernama Ciritan. Yang remaja dan sudah agak dewasa bernama Boncelan. Yang besar dan sudah beranak pinak barulah diberi nama ikan Gabus. Ini mirip dengan penamaan buah nangka dimasyarakat Bekasi. Yang masih kecil diberi nama Gori. Yang agak besar diberi nama Cek-cek (atau cecek, bukan cicak lho…) dan yang besar baru diberi nama Nangka.



 Sumber : http://bloggerbekasi.com/2009/10/16/sayur-gabus-pucung-makanan-favorit-orang-bekasi.html