Rabu, 13 Juli 2011

Masjid Agung Al-Barkah Kota BEKASI

      Masjid Agung Al-Barkah Kota Bekasi merupakan masjid bersejarah bagi daerah Bekasi dan juga bagi anak-anak PERMASI (Persatuan Mahasiswa Bekasi) Jakarta Raya. 
   Disinilah KOPDAR (Kopi Darat) pertama kali di adakan di daerah sendiri yaitu di Bekasi, tepatnya pada tanggal 04 Juli 2011. Ternyata KOPDAR di halaman taman masjid agung AL-BARKAH kota Bekasi sangat menyenangkan, disamping di adakan di daerah sendiri ditambah dengan pemandangan yang indah, hilir mudik kendaraan, dan ramainya arena taman yang dipenuhi anak-anak muda yang menikmati malam ditempat tersebut. serta ditambah lagi pancaran cahaya lampu-lampu taman yang menerangi kami saat KOPDAR. Sungguh indah saat-saat tersebut (lebaaaayyyy).

Berikut sejarah tentang Masjid Agung AL-BARKAH Kota BEKASI :

     Masjid yang satu ini seakan menjadi ikon bagi Kota Bekasi. Kubah berukuran besar ditambah dua menara yang cukup tinggi menjulang ke langit menjadi ciri khas Masjid Agung Al Barkah.
     Masjid tua ini mempunyai nilai sejarah yang tinggi. Masjid Agung AlBarkah dibangun 1890 oleh Penghulu Lanroy, Abdul Majid. Kala itu, bangunannya belum berbentuk masjid yang terletak di atas lahan sekitar 3.000 meter. Kemudian, tahun 1967 bangunannya direhab menjadi bentuk masjid oleh Bupati Bekasi Subandi. Subandi yang merupakan bupati pertama asal Kampung Gabus Bekasi itu, melibatkan setiap jiwa warga Bekasi turut berpartisipasi menyumbang pembangunan masjid ini sebesar Rp 1.
     Dalam kemajuan yang terjadi di Bekasi, oleh Bupati Bekasi H Abdul Fatah, pada 1985 kembali dilakukan pembangunan. Bangunannya pada bagian depan masih menggunakan awuning berwarna-warni yang saat ini sangat banyak diminati masyarakat dalam setiap melaksanakan pembangunan. ”Saat itu pulalah masjid ini ditetapkan menjadi Masjid Agung Al Barkah Kabupaten Bekasi", Dengan ditetapkan sebagai Masjid Agung, Pemerintah Daerah Kabupaten Bekasi mulai campur tangan dalam pembangunannya. Pada 1985 dilakukan pembangunan menjadi bangunan permanen yang saat itu menghabiskan biaya Rp 225 juta. Pada 1997 pun, Pemerintah Kabupaten Bekasi yang saat itu bupatinya dijabat Muh Djamhari kembali melakukan pembangunan dengan tambahan biaya Rp 100 juta.

     Pada saat Kota Bekasi terbentuk 1997 dan terpisah dari Kabupaten Bekasi di zaman wali kota dijabat H Achmad Zurfaih yang merupakan putra asli Bekasi, perhatian pemerintah daerah pun semakin besar dalam membangun masjid yang kini menjadi kebanggaan Kota Bekasi. Mulai tahun 2004 hingga 2008, pembangunan besar-besaran pun dilakukan.


       Biaya Membengkak
     Jika semula luas bangunan awal 3.000 meter yang merupakan tanah wakaf, saat itu Wali Kota Bekasi yang dijabat Achmad Zurfaih, mengalokasikan dana dari APBD hingga Rp 15,7 miliar. Pembangunan baru pun dilakukan. Tahap pertama hingga tahap kedua, praktis luas bangunan baru bertambah 7.000 meter di samping bangunan lama di atas lahan sekitar 3.000 meter.
Jadi, kini luas Masjid Agung Al Barkah yang berhadapan dengan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Bekasi itu telah mencapai di atas lahan satu hektare.

      Pada bangunan masjid yang baru ini sekarang dapat menampung jamaah sekitar 3.000 orang. Di masjid ini pula, pada 1890 juga difungsikan sebagai tempat berkumpul para Laskar Islam hingga kemerdakaan RI. Nilai sejarah masjid ini sangat tinggi dan sudah ada sebelum zaman kemerdekaan.

    Bangunan baru masjid tersebut, seperti jendela dan pintu semuanya terbuat dari ukiran Jepara yang kayunya telah berumur 90 tahun lebih. “Untuk memesan kusen dan pintunya saja, saat itu kami langsung ke Jepara dan memilih kayu yang benar-benar berkualitas bagus dan pohonnya berusia di atas 90 tahun,

     Pada masa Ramadhan kali ini kegiatan di masjid tersebut seakan tidak terhenti. Kegiatan dilakukan mulai dari salat subuh yang dilanjutkan dengan kuliah tujuh menit (kultum) yang diisi dengan ceramah-ceramah. Pada sore hari menjelang berbuka puasa, DKM setiap harinya menyelenggarakan buka puasa bersama yang dihadiri sekitar 200 orang. Pelaksanaan tarawih pun dihadiri sekitar 1.000 jemaah.

   Berbagai kegiatan keagamaan lainnya dan tiga hari menjelang Idul Fitri, DKM seperti tahun-tahun sebelumnya, memberikan santunan kepada anak yatim piatu dan kaum duafa yang bersumber dari zakat mal.

     Menyangkut pemeliharaan masjid di atas lahan satu hektare ini, setiap hari melibatkan 19 karyawan mulai dari tukang taman hingga petugas kebersihan (cleaning service). Cukup besar biaya operasional yang harus disiapkan termasuk gaji para karyawannya. Tak kurang dari Rp 15 juta tiap bulan biaya operasional termasuk gaji para karyawan, menjadi tanggung jawab DKM.

    Untuk membayar listrik saja, rata-rata satu bulan Rp 7 jutaan. Hal itu belum termasuk penggunaan air PAM. Cukup besar biaya operasional yang dibutuhkan tiap bulan dalam mengelola Masjid Agung Al Barkah ini sehingga DKM berharap ada bantuan dari Pemkot Bekasi.

PERMASI JAYA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar